Senin, 10 Juni 2013

Persiapan Pertolongan Pada Persalinan

Tindakan Dalam Menolong Si Ibu Agar Persalinan Lancar 
Pada kesempatan ini saya akan mencoba membahas mengenai tindakan apa saja yang harus di persiapkan untuk pertolongan pada persalinan karena pada artikel yang lalu kita telah membahas mengenai trauma pada bayi yang baru lahir yang biasanya terjadi akibat dari kesalahan penanganan semasa dan sesudah proses persalinan. Oleh karena itu artikel kali ini akan membahas mengenai persiapan pertolongan persalinan standar yang wajib diketahui oleh para praktisi bidan agar tidak terjadi hal-hal yang yang menyebabkan trauma pada bayi.
Berikut adalah beberapa tahap tindakan persiapan pertolongan persalinan :
  • Tindakan asepsis dan antisepsis perlu diperhatikan pada Vulva dan sekitarnya dibersihkan dengan sempurna, penolong mencuci tangan, memakai sarung tangan steril, baju khusus untuk kamar bersalin, tutup kepala dan masker. Kaki, perut dan bokong ibu ditutup dengan kain steril, hanya bagian vulva yang terlihat.
  • Dengan adanya pengejanan yang berulang kali, kepala akan membuka vulva. Bila kepala terlihat dengan diameter- 6-8 cm, perineum ditahan dengan kain steril, supaya lahirnya dagu dapat dihambat. Bersamaan dengan tindakan.tersebut, tangan lain menahan belakang kepala (oksiput) supaya tidak terjadi defleksi yang cepat. Tindakan semacam mi disebut tindakan manipulasi secara Ritgen.
  • Lahirnya kepala diarahkan, hingga lingkaran yang melalui vulva adalah yang terkecil (lingkaran kepala oksipito-bregmatikus)
  • Setelah kepala lahir bersihkanlah mulut dan hidung bayi dengan kasa steril. Periksalah apakah tali pusat melilit leher. Biasanya lilitan tak begitu erat sehingga mudah dilonggarkan, tetapi kalau terlalu erat, guntinglah tali pusat.
  • Tidak lama setelah kepala lahir akan terjadi putaran paksi luar, karena di vulva bahu berada dalam jurusan muka-belakang. Kemudian akan diikuti lahirnya bayi secara spontan, mula-mula bahu belakang kemudian bahu depan. Kalau bahu tak dapat lahir spontan, perlu dibantu dengan cara kepala dipegang biparetal dengan dua tangan dan kepala ditarik ke belakang sampai bahu depan di bawah simfisis dengan bahu depan sebagai hipomokhlion kepala ditarik ke depan untuk melahirkan bahu belakang. Tindakan ini dalam keadaan normal dapat dilaksanakan. Penarikan kepala ke bawah dan ke atas tidak boleh dilakukan terlalu kuat, karena bisa mengakibatkan kelumpuhan lengan.
  • Begitu bahu lahir, badan bayi akan segera mengikuti. Jangan sekali kali menggait ketiak dengan telunjuk, karena tindakan ini dapat merusakkan syaraf lengan. Segera setelah bayi lahir, bersihkaplah jalan napas dengan mengisap lendir atau air ketuban yang masuk mulut, hidung, kerongkongan dan lambung.

Masalah Inkompetensi Serviks Pada Ibu Hamil



Inkompetensi Serviks Pada Ibu HamilAda suatu kondisi yang merupakan komplikasi kehamilan, disebut Inkompetensi Serviks. Inkompetensi serviks adalah suatu kondisi dimana mulut rahim (serviks) mengalami pembukaan dan penipisan sebelum waktunya, sehingga tidak bisa menahan janin, dan mengakibatkan terjadinya keguguran atau kelahiran prematur. Kasus ini biasa terjadi tanpa disertai rasa nyeri, dan umumnya terjadi pada trimester 2 dan 3 kehamilan.
Beberapa faktor risiko dipercaya merupakan penyebab terjadinya kondisi inkompetensi serviks tersebut, diantaranya :
  • Riwayat inkompetensi serviks sebelumnya
  • Trauma atau riwayat prosedur melalui mulut rahim
  • Konisasi atau biopsi mulut rahim
  • Kelainan anatomis mulut rahim
Selain faktor-faktor di atas, infeksi juga dicurigai bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya inkompetensi serviks. Sedangkan metode atau prosedur dilakukannya kuret seharusnya tidak menimbulkan kemungkinan inkompetensi serviks.
Ketika seorang wanita hamil mengalami kasus ini, maka ada kemungkinan kasus ini dapat berulang di kehamilan berikutnya. Itulah sebabnya perlu untuk dilakukan diagnosa secara pasti oleh dokter kandungan. Dan biasanya jika terjadi kemungkinan kasus inkompetensi serviks, maka dokter akan memasang cerclage (setelah usia kehamilan 14 minggu), untuk menahan mulut rahim tidak membuka dan melebar (dilatasi). Bahkan kadang juga ditambah dengan dijahit di sekitar daerah mulut rahim, dan nanti jahitan akan dibuka sekitar usia kehamilan 37 minggu untuk persiapan persalinan.
Peristiwa serviks inkompetensi termasuk jarang terjadi, akan tetapi dapat menyebabkan gagalnya kehamilan secara berulang, terutama pada kehamilan trimester 2 dan awal trimester 3. Kejadian serviks inkompeten di Indonesia masih langka untuk dilaporkan. Diagnosis dini serviks inkompeten masih susah, juga pengelolaan serviks inkompeten dengan serklase serviks masih kontroversial.
Tujuan utama penelitian ini merupakan mengetahui kejadian persalinan pada umur kehamilan cukup bulan dari ibu hamil dengan serviks inkompeten yang dilakukan serklase serviks dan tujuan lain mengetahui angka kejadian, data karakteristik, aspek klinis (pola diagnosis) penderita serviks inkompeten dan komplikasi tindakan serklase.
Tindakan serklase serviks pada ibu hamil dengan serviks inkompeten dilakukan pada umur kehamilan 12-28 minggu dan rata-rata 18.85(3.70) minggu. Hasil ini berbeda bermakna(p<0.05). Angka kelangsungan hidup bayi sebesar 58/62(93.5%) dan angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan serklase (14.5%). Macam persalinan : 18/62(29.0%) mengalami persalinan tindakan, 12/62(19.4%) diantaranya dilakukan bedah Caesar.
Kejadian persalinan pada umur kehamilan cukup bulan dari ibu hamil dengan serviks inkompeten yang dilakukan serklase dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak menderita serviks inkompeten masih lebih rendah. Keterbatasan penelitian ini merupakan belum dapat menyingkirkan faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dan penting terhadap kejadian persalinan preterm, selain serviks inkompeten yang dilakukan serklase.
Inkompetensi serviks juga merupakan penyebab abortus habitualis trimester kedua kehamilan. Meskipun beberapa kasus inkompetensi serviks melibatkan faktormekanik seperti hipoplasia serviks kongenital, riwayat operasi serviks, dan traumaserviks yang luas, kebanyakan wanita dengan diagnosis klinis serviks inkompetenmemiliki anatomi serviks yang normal.

Rabu, 05 Juni 2013


Peranan dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan

Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan KehamilanBidan adalah suatu profesi yang dinamis. Berhubungan perubahan-perubahan terjadi begitu cepat, maka bidan harus terus memperbaharui keterampilan serta harus meningkatkan serta harus meningkatkan pengetahuanya menjadikan bidan praktek harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan yang di haruskan, agar bisa menjadi seorang praktis yang aman saat ia memulai pekerjanya. Akan tetapi, tugas belajarnya tersebut barulah merupakan permulaan. Saat pengetahuan dan ketrampilan bertambah maka adanya memulai pengabdianya, ia akan tumbuh dalam memainkan peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang bidan profesional.
Beberapa dari tanggung jawab bidan ini adalah:
1. Menjaga agar pengetahuanya tetap up to data, terus mengembangkan pengetahuan, keterampilan kemahiranya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek dari peran seorang bidan
2. Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui wewenangnya dalam praktek kliniknya.
3. Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dari keputusan tersebut.
4. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan profesional lainnya dengan rasa hormat dan martabat.
5. Memelihara kerjasama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk memastikan sistem perujukan yang optimal.
6. Kegiatan membantu mutu, yang bisa mencakup penilaian sejawat, pendidikan yang berkesinambungan, kaji ulang kasus-kasus dan audit maternal/perinatal.
7. Bekerja sama dengan masyarakat dimana ia berpraktek meningkatkan akses mutu asuhan kesehatan.
8. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan status wanita serta kondisi hidup mereka serta menghilangkan praktek-praktek Kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita.

Sistem Kelenjar Endokrin Janini

Sistem Kelenjar Endokrim JaniniSistem endokrin janin telah bekerja sebelum system saraf mencapai maturitas. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai 5 jenis sel yang mengeluarkan 6 hormon, yaitu
1)      Laktotrop, yang menghasilkan prolaktin.
2)      Somatotrop, yang menghasilkan hormone pertumbuhan (GH).
3)      Kortikotrop, yang menghasilkan kortikotropin (ACTH).
4)      Tirotrop, yang menghasilkan TSH.
5)      Gonadotrop, yang menhasilkan LH, FSH.
Pada kehamilan 7 minggu sudah dapat diketahui produksi ACTH, dan menjelang 17 minggu semu hormone sudah dihasilkan. Hipofisis juga menghasilkan endorphin.
Nerohipofisis juga sudah berkembang pada usia 10 – 12 minggu sehingga oksitosim dan AVP (arginine vasopressin) sudah dapat dihasilkan. AVP diduga berfungsi mempertahankan air terutama di dalam paru dan plasenta.
Ada lobus intermediet hipofisis janin yang mengecil saat aterm dan kemudian menghilang pada dewasa; kelenjar tersebut menghasilkan  alpha melanosit stimulating hormone (MSH) dan endorphin.
Kelenjar tiroid janin telah berfungsi pada usia 10 – 12 minggu. Plasenta secara aktif memasok jodium pada janin yang terus meningkat selama kehamilan, bahkan kadar TSH lebih tinggi drai kadar dewasa, tetapi T3 dan total tiroid lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa hipofisis tidak sensitif terhadap umpan balik.

Ketuban Pecah Dini Preterm Pengertian, Penyebab Askep


Ketuban Pecah Dini Preterm Pengertian, Penyebab Askep


Pengertian Ketuban Pecah Dini - Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Arif Mansjoer, 2001: 310).

Pengertian Ketuban Pecah Dini Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban disertai keluarnya cairan amnion sebelum  proses persalinan dimulai pada kehamilan kurang bulan (preterm) (Pillitteri, Adele, 2002 :107).
Ketuban Pecah Dini Preterm Pengertian, Penyebab Askep

Patogenesis
  • Adanya hipermotilitas rahim yang sudah terjadi sebelum ketuban pecah
  • Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban) 
  • Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis) 
  • Ketuban pecah artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
    (Rustam Mochtar,1998 : 256)
Faktor Predisposisi 
  • Overdistensi uterus
  • Malposisi  
  • Disproporsi 
  • Serviks inkompeten 
  • Keadaan sosial ekonomi yang rendah
    (http://medlinux.blogspot.com/2007)
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
  • Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
  • Bila terjadi pembukaan serviks selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
    (Manuaba,1998 : 229)
Dalam catatan kuliah OBGIN Plus disebutkan bahwa mekanisme terjadinya ketuban pecah dini preterm adalah sebagai berikut: “Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintetis maupun regradasi jaringan kolagen dikontrol oleh  sistem aktivitas dan inhibisi

Interleukin-1   (IL-1). Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan peningkatan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimenasasi kolagen dan selaput korioamnion, menyebabkan selaput ketuban tipis lemah dan mudah pecah (http://www.geocities.com/2008).


Manifestasi Klinis 
  • Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
  • Dapat disertai demam bila ada infeksi 
  • Janin mudah diraba 
  • Pada pemeriksaan dalam ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering 
  • Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
    (Arif Mansjoer, 2001 : 310)
Ketuban Pecah Dini

Diagnosis 
  • Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambut lanugo dan bila terinfeksi berbau.
  • Inspekulo : melihat dan memperhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
  • Gunakan kertas lakmus (litmus)
    Bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban 
    Bila menjadi merah (asam) berarti urin 
  • Pemeriksaan pH forniks posterior pada KPD adalah basa (air ketuban) 
  • Pemeriksaan histopologi air (Ketuban) 
  • Aborizaton dan sitologi air ketuban.  (Rustam Mochtar, 1998 : 256) 
  • Pemeriksaan leukosit darah >15.000/ul bila terjadi infeksi 
  • Amniosintesis (Arif Mansjoer, 2001 : 313)

Pengaruh Ketuban Pecah Dini 
  • Terhadap Janin
    Meskipun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.   
  • Terhadap Ibu
    Karena jalan telah terbuka, akan terjadi infeksi intra partal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu, juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia serta dry-labor (partus kering). ibu akan lelah karena terlalu lama berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, suhu badan naik, nadi cepat dan muncul gejal-gejala infeksi. 
    (Rustam Mochtar, 1998 : 257)

Komplikasi
1 Janin
a. IUFD
  • Definisi
    Inrta Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Hanifa Wiknjosastro, 2002 : 786).
  • Penilaian Klinik 
    • Pertumbuhan janin tidak ada, bahkan janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri mengecil.
    • Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop 
    • Ibu merasakan gerakan janin menghilang 
    • Berat badan ibu turun 
    • Tulang kepala kolaps 
    • Hasil pemeriksaan USG terlihat tidak ada kehidupan pada janin 
    • Pemeriksaan radiologi :  tulang kepala janin tampak tumpang tindih satu sama lain, tulang  belakang hiperfleksi,  tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. 
    • Edema disekitar tulang kepala 
    • Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif (Abdul Bari S, 2002 :335)

  • Komplikasi 
    • Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara janin dan persalinan cukup lama
    • Infeksi bila ketuban pecah 
    • Terjadi koagulopati bila kematian jnain berlangsung lebih dari 2 minggu (Abdul Bari S, 2002 :336)


b. Prolaps Tali Pusat

1. Definisi
Prolaps tali pusat adalah prolapsnya tali pusat sepanjang atau di bagian depan presentasi ketika membran sudah tidak ada (Champan, Vicky, 2006: 282).

2. Faktor Risiko 
  • Pemecahan ketuban artificial
  • Bayi kecil atau preterm 
  • Malpresentasi 
  • Paritas tinggi 
  • Kepala besar
    (Champan, Vicky, 2006: 283).


 3.  Diagnosis 
  • Teraba tali pusat  di depan bagian terendah janin (tali pusat terkemuka).
  • Tali pusat keluar di vagina segera setelah ketuban pecah (tali pusat menumbung). ( Abdul Bari S, 2002 ; M-82)


c.  Asfiksia

1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (Rustam Mochtar,1998: 427).

2. Etiologi
Asfiksia disebabkan oleh hipoksia janin yang berhubungan dengan factor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport oksigen dari ibu ke janin sehingga dapat mengganggu persediaan O2  dan dalam menghilangkan CO2,  gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu selama persalinan(Hanifa Wiknjosastro,2002 : 709).

3. Klasifikasi Klinik Nilai APGAR 
  • Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
  • Asfiksia ringan sedang (Nilai APGAR 4-6) 
  • Bayi normal atau sedikit asfiksia (Nilai APGAR  7-   9) 
  • bayi Normal (Nilai APGAR 10) (Rustam Mochtar, 1998 :427)


4. Diagnosis
a). In utero 
  • DJJ ireguler dan frekuensinya >160 atau kurang dari 100 kali permenit
  • Terdapat mekonium dalam air ketuban
  • Analisa air ketuban/amnioskopi
  • Ultrasonografi


b). Setelah bayi lahir 
  • bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas 
  • Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis.  ( Rustam Mochtar,1998 : 428-429)


d. Prematuritas

1. Definisi
Prematuritas adalah kelahiran hidup bayi yang berat < 2500 gram pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu www.klinikmedis.com

2. Faktor Risiko Prematuritas

a) Mayor 
  • Kehamilan multipel
  • Hidramnion  
  • Anomali uterus 
  • Serviks terbuka >1cm pada kehamilan 32 minggu 
  • Servik mendatar/memendek kurang dari 1cm kehamilan minggu
  • Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
  • Riwayat persalinan preterm sebelumnya
  • Operasi abdominal pada kehamilan preterm
  • Iritabilitas uterus

b) Minor 
  • Penyakit yang disertai demam
  • Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu 
  • Riwayat pielonefritis 
  • Merokok lebih dari 10 batang perhari 
  • Riwayat abortus pada trimester II
    (http://www.klinikmedis.com/2008).

3. Tanda dan Gejala Bayi Prematur 
  • Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
  • Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
  • Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
  • Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
  • Batas dahi dan rambut kepala belum jelas
  • Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
  • Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
  • Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
  • Rambut lanugo masih banyak
  • Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
  • Tumit mengkilap, telapak kaki halus 
  • Testis belum turun ke dalam skrotum (bayi laki-laki), klitoris menonjol  dan labia mayora belum tertutup labia minora (bayi perempuan)
  • Tonus otot lemah
  • Fungsi saraf belum atau kurang matang 
  • Vernik kaseosa tidak ada atau sedikit
    (Asrining Surasmi, 2003 : 32)


Ibu
a. Partus lama
1. Definisi
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Rustam Mochtar,1998 : 384).

2. Etiologi 
  • Kelainan letak janin
  • Kelainan-kelainan panggul 
  • Kelainan his 
  • Pimpinan partus yang salah 
  • Janin besar atau ada kelainan kongenital 
  • Primitua 
  • Grandemulti, perut gantung 
  • Ketuban pecah dini
    (Rustam Mochtar,1998 : 384)


3. Diagnosis
  • Ibu
    Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai ring bandl, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau, dan terdapat mekonium.
  • Janin 
    • DJJ cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif , air ketuban terdapat mekonium, kental, kehijau-hijauan dan berbau.
    • Kaput suksedanum yang besar 
    • Moulage kepala yang hebat 
    • kematian janin dalam kandungan  
    • Kematian janin intra pratal  
      (Rustam Mochtar,1998: 385)

b.  Infeksi
1. Definisi
Infeksi yang dimaksud adalah infeksi intrapartal (korioamnionitis, amnionitis, infeksi intra amnion) yaitu infeksi akut yang terjadi pada cairan ketuban , janin dan selaput korioamnion yang disebabkan oleh bakteri (Abdul Bari S, 2002 :255). 

2. Tanda Gejala 
  • Febris diatas 38 derajat Celcious
  • Takikardia (>100 denyut permenit) 
  • Fetal takikardia (>160 denyut per menit) 
  • Nyeri tekan abdomen 
  • Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau 
  • Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3) 
  • Pemeriksaan penunjang lain ; leukosit esterase (+)
    (http;//www.geocities.com/2008)

c.  Atonia uteri
1. Definisi
Atonia uteri adalah hilangnya tonus otot uterus sehingga tidak mampu berkontraksi dengan baik setelah melahirkan (Champan, Vicky.2006: 264).

2. Faktor Predisposisi 
  • Gestasi multipel
  • Hidramnion 
  • Bayi besar 
  • Mioma uteri 
  • Persalinan melalui operasi 
  • Persalinan yang cepat 
  • Plasenta previa 
  • Induksi persalinan 
  • Usia lebih dari 30 tahun 
  • Partus lama
    (Pillitteri, Adele, 2002 : 43)


d. Hemorarghia Post Partum (HPP)

1. Definisi
Hemorarghia post partum atau perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Rustam Mochtar, 1998 : 298).

2. Etiologi 
  • Atonia uteri
  • Sisa plasenta dan selaput ketuban 
  • Robekan jalan lahir 
  • Paenyakit darah
    (Rustam Mochtar,1998 : 300).

3. Klasifikasi 
  • HPP Primer adalah HPP yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir
  • HPP sekunder adalah HPP yang terjadi setelah 24 jam setelah anak lahir.
    (Rustam Mochtar, 1998 : 298) 

e. Infeksi nifas
1. Definisi
Infeksi nifas adalah kenaikan suhu sampai 38 derajat Celcious tau lebih selama 2 hari dalam 10  hari pertama post partum (Hanifa Wiknjosastro, 2002: 689).

2.  Faktor Predisposisi 
  • Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak, pre-eklampsia.
  • Partus lama terutama pada ketuban pecah dini  
  • Bedah vaginal 
  • Tertinggalnya selaput ketuban, sisa plasenta, dan bekuan darah
    (Hanifa Wiknjosastro, 2002: 691).    


Penanganan
1. Konservatif

 Syarat-syarat penanganan konservatif 
  • Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
  • Pasien di rawat di rumah sakit dan bed rest 
  • Diberikan antibiotika profilaksis untuk mencegah infeksi 
  • Diberikan obat-obatan tokolitik untuk menunda proses persalinan 
  • Diberikan kortikosteroid untuk proses pematangan paru

2. Aktif
Bila dalam penanganan secara konservatif muncul tanda-tanda infeksi maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang usia kehamilan . Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak begitu ringan sehingga kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaika dengan tindakan bedah sesar.  (http://medlinux.blogspot.com/2007).


Konsep Komplikasi
Komplikasi adalah penyakit yang baru timbul sebagai tambahan pada penyakit yang sudah ada (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 584).


Konsep Gambaran Komplikasi Ketuban Pecah Dini Preterm 
1. Gambaran Komplikasi
Ketuban Pecah Dini Preterm Pada Janin
Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin , khususnya jika hal ini terjadi di awal kehamilan (preterm), karena setelah ruptur perlindungan terhadap janin hilang sehingga memungkinkan bakteri maupun virus dari dunia luar dapat masuk dengan mudah (Manuaba, 1998 : 229). Infeksi yang dialami janin dapat mengakibatkan kegawatan pada janin dan dapat mengarah pada kematian janin (Abdul Bari S, 2002 : 334).

Disamping itu, ketuban pecah dini dapat menyebabkan prolaps tali pusat. Prolaps tali pusat bisa menyebabkan hipoksia pada janin karena pada kejadian prolaps tali pusat, tali pusat janin   tertekan  oleh bagian terendah janin dengan panggul sehingga menyebabkan gangguan oksigenasi pada janin (Champan, Vicky, 2006 : 283).

Hipoksia yang terjadi pada janin  dapat mengakibatkan asfiksia pada neonatus.  Hipoksia yang terjadi disebabkan karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalm persediaan O2   dan  dalam menghilangkan CO2 (Hanifa Wiknjosastro, 2002 : 709).

Pada dasarnya  penanganan dari ketuban pecah dini preterm adalah  konservatif . Penanganan konservatif tidak berlaku bagi pasien ketuban pecah dini preterm apabila janin sudah menunjukkan tanda-tanda infeksi. Janin harus segera dilahirkan tanpa memperhatikan usia kehamilammya (http://www.medlinux.blogspot.com/2007).


2. Gambaran Komplikasi Ketuban Pecah Dini preterm Pada Ibu
Ketuban pecah dini dapat menyebakan infeksi intrapartal pada ibu karena jalan lahir yang telah  terbuka dan seringnya dilkakukan pemeriksaan dalam sehingga memungkinkan bakteri atau virus dari luar untuk masuk (Rustam Mochtar, 1998 : 257). 

Disamping itu.  ketuban pecah dini dapat menyebabkan kelelahan pada pasien karena dalam penanganan ketuban pecah dini preterm pasien harus bed rest untuk menghindari risiko infeksi. Kelelahan pada pasien dapat menyebabkan terjadinya partus lama (Rustam Mochtar, 1998 : 257). Kelelahan yang dialami pasien ketuban pecah dini preterm dapat mempengaruhi emosi ibu. Emosi ibu dapat mempengaruhi kontraksi uterus (Rustam Mochtar, 1998 : 309). Kontraksi uterus yang tidak adekuat dapat menyebabkan atonia uteri pada persalinana kala III yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya hemorargi post partum (Rustam Mochtar, 1998 : 300).

Ketuban pecah dini juga dapat menyebabkan infeksi nifas pada ibu. Infeksi nifas yang terjadi merupakan kelanjutan dari infeksi intrapartal (Rustam Mochtar, 1998 : 414).



Daftar Pustaka Ketuban Pecah Dini Preterm Pengertian, Penyebab Askep

Arif Mansjoer. (2001).   Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Rustam Mochtar . (1998). Synopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

Manuaba, IBG. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Abdul Bari Saifudin. (2002).  Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Abdul Bari Saifudin. (2002).  Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Champan, Vicky. (2006).  The Midwife’s Labour And Birth Handbook. H.Y Kuncara. (Alih Bahasa), Jakarta : EGC

Hanifa Wiknjosastro. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Asrining Surasmi. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC

Pilliteri, Adele. (1995). Pocket Guide For Maternal And Child Health Nursing. Yasmin Asih (2002) (Alih Bahasa). Jakarta : EGC

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002).  Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Jakarta : Balai Pustaka



Bottom of Form
  •